8.05.2013

MENGIKIS KESOMBONGAN

Orang yang mengingkari keberadaan Allah, tidak akan mau menyembah Allah. Dia akan dengan mudah meninggalkan shalat, bahkan menyepelekannya. Dia selalu mengedepankan rasio dan emosi, dari pada perintah Allah. Orang yang sombong tidak akan pernah merasa butuh pertolongan Allah. Jangankan senang meminta kepada Allah, minta tolong pada manusia saja dia tidak akan mau. “Dan Tuhan-mu berfirman, “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina,” (Al-Mu’min: 60) Selain itu, hatinya tidak pernah mempunyai harapan kepada Allah. Karena, ia merasa semua bisa didapatkannya tanpa harus minta kepada Allah. Ia selalu mengingkari sifat-sifatNya yang merupakan sumber segala kebenaran. Al-Quran tidak di¬jadikan pedoman hidupnya. Membacanya saja enggan. Nabi Muhammad SAW tidak menjadi contoh dalam kehidupannya, melainkan kaum sekuler dan materialistis yang menjadi panutannya. B = Berkuasa penuh Fir’aun salah satu bukti sejarah orang-orang yang merasa dirinya berkuasa penuh seperti tuhan. Ia tahu Allah ada, tetapi ia tidak merasa kekuasaan yang diamanahkan kepadanya itu suatu saat akan sirna dan akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Sang Maha Kuasa. Kita semua akan dimintai pertang¬gungjawaban oleh Allah. Seorang pemimpin yang baik, sebagai apa pun, ia akan merasa kepemimpinannya selalu diawasi oleh malaikat dan dipertanggungjawabkan kepada Allah. Seorang pemimpin yang baik selalu menjalankan kepemimpinannya sesuai kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan selalu terselimuti tindakannya dengan sifat-sifat Allah, dan berlaku sebagai ke¬panjangan wakil-wakil Allah di muka bumi. Apa-apa yang dikuasai hanya ber¬ada di tangannya semata, sedangkan hatinya berisikan cinta Allah. O = Over (Selalu berlebih, ingin serba “wah”) Masih sering kita jumpai di masyarakat kita, bila mengadakan pesta pernikahan selalu dengan acara yang berlebihan, mulai dari kartu undangan, upacara, pakaian, dan lain sebagainya. Itu merupakan cer-minan bahwa kesombongan masih tumbuh subur dalam kehidupan kita. Perlombaan memamerkan kekayaan, kehebatan, gelar, dan keturunan, me¬rebak di semua aktivitas bisnis dan kehidupan kita. Semua serba berlebih. Bu¬kankah Rasulullah mencontohkan hidup sederhana? Tanpa kita sadari, setan sudah membuat kita jadi teman setianya setiap hari. “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu sangat ingkar kepada tuhannya,” (Al Israa’: 27). Apakah kita masih menjadi teman setan yang berlaku boros dan berlebihan untuk menunjukkan kesombongan kita? N = Nafsu sebagai Tuhannya Ciri khas orang sombong adalah: segala sesuatu diukur dengan kepentingan diri, keluarga, atau kelompoknya, karena nafsu sudah menjadi tuhannya. “Sekiranya kebenaran mengikuti hawa nafsu mereka, niscaya binasa langit dan bumi, dan sekalian makhluk di dalamnya! Tidak, Kami telah mendatangkan peringatan kepada mereka, tetapi mereka berpaling dari peringatan,” (Al Mu’minuun: 71). Segala sesuatu, tidak peduli benar atau salah, yang terbaik adalah yang sesuai dengan keinginannya. Nafsunya akan memperbudak dirinya dengan segala kemampuan dan kekuasaan. Menjadikan segala yang diinginkan terlaksana dan terpenuhi. Walaupun itu melanggar larangan Allah, bahkan merugikan banyak orang, dia tidak peduli. G = Gengsi Gengsi adalah salah satu tanda yang mudah tampak pada orang sombong. Ia akan selalu malu, dan stress bila dirinya sama atau disamakan dengan orang lain. Ia berusaha mati-matian menjaga image dan sibuk memakai topeng dalam kehidupannya. Ia rela menghabiskan harta untuk menjaga kekuasaan dan kemuliaan yang semu. “Wah, saya kan seorang direktur, masa jalan kaki?” “Wah, saya kan trainer dan konsultan senior, masa harus satu kendaraan dengan satpam?” Ia selalu merasa kedudukannya lebih tinggi dari orang lain. Malunya bukan kepada Allah yang Maha Suci dari segala kekurangan, ia lebih malu kepada manusia yang penuh kekurangan. Ia selalu mengharapkan pujian dan anggapan baik dari manusia. Tak pernah cahaya kebahagiaan sejati ter¬pancar dari wajahnya. Ia selalu gundah dan gelisah karena memikirkan kedudukannya di mata orang lain. Hatinya mati karena tidak mengenal Allah dengan benar. Orang-orang yang mengenal Allah dengan baik, akan jatuh tersungkur, tidak kuat menahan dan menyaksikan kekuatan serta kehebatan Allah yang Maha Besar. Jika ingat Allah, hatinya gemetar. Bila membaca ayat-ayat Allah, bertambahlah keimanannya kepada Allah, dan tidak ada sesuatu apa pun yang sanggup menggoyahkan keimanannya. “Iblis menjawab, ‘Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan’. Allah berfirman, Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh. Iblis menjawab, ‘Karena Engkau menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka, dari kanan dan kiri mereka dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat),” (Al A’raf: 14-17). Tidak ada jalan bagi kesombongan untuk mencapai kemuliaan, sebab kemuliaan dan ketinggian hanya bisa dicapai dengan ketawadhuan. Hati-hati dan waspadalah terhadap setan yang membisikkan perasaan bahwa kita sudah termasuk manusia yang bebas dari rasa sombong, namun ternyata kerajaan sombong itu masih berdiri kokoh di kalbu kita. Na’udzubillah. Sumber: ESQ-NEWS .COM